KOMUNIKATOR
SEBAGAI MESIN POLITIK DAN PEMIMPIN POLITIK
Oleh:khairul
iman
Dalam
Negara yang menganut system demokrasi presidensial tidak lepas dari yang
namanya peran koalisi partai-partai yang memenangkan pemilihan dalam
parlementer,di Negara kita sendiri kita selalu mengadakan pesta rakyat setiap
lima tahun sekali baik itu pesta untuk memilih calon legislatif maupun presiden
dan wakil presiden.
Baik
kali ini saya akan membedah sesuatu yang sangat santer di perbincangkan dalam
dunia perpolitikan tahan air,saya akan mengupas hal yang sangat fantastis di
dalam dunia politik.dalam hal politik tentu ada pemeran utama yang mampu
membuat sebuah partai itu naik dan memenangkan pemilu presiden dan legislative
contohnya saja ketika massa pemerintahan presiden SBY tahun 2005 lalu partai
democrat menjadi sangat kuat kerena memiliki mesin politik yang sangat handal
yaitu SBY,Andi malaranggeng,Nazaruddin dan yang sangat di anak emaskan ialah
Angelina sondakh. Mereka adalah sang komunikator
yang handal pada massa pemerintahan SBY.dan sekarang muncul kembali komunikator
yang sangat kental dengan bulusukan yang mampu mengangkat PDIP kembali ke tahta
pemerintahan tertinggi.
Dalam
hal kali ini saya akan membuka actor yang sangat penting dalam hal menaikan
pamor partai,setiap partai itu tentu saja memiliki mesin-mesin politik yang
amat sangat dapat di andalkan dalam hal berbicara di depan khalayak politik
yaitu sang komunikator yang sekaligus sebagai politikus.
Dalam
peran komunikator politik dan kepemimpinan dalam partai dapat kita ambil satu
defenisi adalah komunikator politik dan kepemimpinanya: Nimmo (1989)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan di antara orang-orang di
dalam suatu kelompok yang di dalamnya satu atau lebih orang (pemimpin)
mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu. Lebih
lanjut, Ilmuwan politik Lewis Froman (dalam Nimmo, 1989) merangkumkan
kecenderungan yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin di dalam kelompok.
Pemimpin (1) memperoleh kepuasan yang beragam karena menjadi anggota kelompok;
(2) lebih kuat dalam memegang nilai-nilai mereka; (3) memiliki kepercayaan yang
lebih besar tentang kelompok itu dan hubungannya dengan kelompok lain,
pemerintah, masalah politik, dan sebagainya; (4) kurang kemungkinannya untuk
berubah kepercayaan, nilai, dan pengharapannya karena tekanan yang diberikan
kepadanya; (5) lebih mungkin membuat keputusan mengenai kelompok berdasarkan
kepercayaan, nilai dan pengharapan sebelumnya; dan (6) lebih berorientasi
kepada masalah, terutama mengenai masalah yang menyangkut perolehan material,
alih-alih kepuasan yang kurang nyata atau pertanyaan yang penuh emosi.
Lebih dari itu, yang dilakukan pemimpin
adalah melakukan kegiatan berorientasi tugas, yaitu menetapkan dan
bekerja untuk mencapai prestasi atau tujuan kelompok, mengorganisasi agar
pekerjaan dapat dapat diselesaika; juga melakukan kegiatan berorientasi
orang, sosial, atau emosi seperti perhatian terhadap keinginan dan
kebutuhan pengikut, penciptaan hubungan pribadi yang hangat, pengembangan rasa
saling percaya, pengusahaan kerja sama, dan pencapaian solidaritas sosial.
Bagi komunikator politik, untuk menjadi
pemimpin politik ia harus berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang
terhadap pemimpin; pengikut mengaitkan kepemimpinan dengan orang yang sesuai
dengan pengertian mereka tentang apa pemimpin itu. Beberapa komunikator
merupakan pemimpin karena posisi yang diduduki mereka di dalam struktur sosial
atau kelompok terorganisasi yang ditetapkan dengan jelas. Di luar organisasi
mungkin mereka tidak banyak artinya bagi orang. Komunikator seperti itu kita
sebut pemimpin organisasi. Namun, komunikator yang tidak menduduki
posisi yang ditetapkan dengan jelas; atau, jika menduduki posisi demikian,
mereka berarti bagi orang karena alasan di luar peran keorganisasian.
Komunikator politik yang merupakan pemimpin karena arti yang ditemukan orang
dalam dirinya sebagai manusia, kepribadian, tokoh yang ternama, dan sebagainya,
kita beri nama pemimpin simbolik.
Komunikator politik juga harus memiliki
sifat . Komponen Efektivitas Komunikator dalam berpolitik Dalam
komunikasi politik, komunikator politik merupakan salah satu faktor yang
menentukan efektivitas komunikasi. Beberapa studi mengidentifikasi sejumlah
karakteristik yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain. Richard E. Petty dan John T.
Cacioppo dalam bukunya Attitudes and Persuasion: Classic and Contemporary
Approaches, dikatakan bahwa ada empat komponen yang harus ada pada
komunikator politik, yaitu communicator credibility, communicator
attractiveness, communicator similarity dan communicator power (Petty,
1996).
1. Kredibilitas
Kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber
dipandang memiliki keahlian dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber
informasi, semakin efektif pesan yang disampaikan. Kredibilitas mencakup
keahlian sumber (source expertise) dan kepercayaan sumber (source
trustworthiness).
a. Keahlian sumber adalah tingkat pengetahuan yang
dimiliki sumber terhadap subjek di mana ia berkomunikasi. Sementara kepercayaan
sumber adalah sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak
memihak dan jujur. Para peneliti telah menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan
memberikan kontribusi independen terhadap efektivitas sumber. Dibuktikan oleh Petty bahwa, “expertise
was therefore important in inducing attitude change, especially when that
advocated position was quite different from the recipients’ initial attitude.”
Karena sumber
yang sangat kredibel menghalangi pengembangan argumen tandingan, maka sumber
yang kredibel menjadi lebih persuasif dibanding sumber yang kurang kredibel. Sebagaimana dikemukakan Lorge dari
hasil penelitiannya, bahwa “a high credibility source was more persuasive
than a low credibility source if attitudes were measured immediately after the
message” (Petty, 1996).
b. Sementara,
aspek kepercayaan itu sendiri memiliki indikator-indikator antara lain tidak
memihak, jujur, memiliki integritas, mampu, bijaksana, mempunyai kesungguhan
dan simpatik.
2. Daya tarik
Daya tarik
seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat
pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Sebagaimana dikemukakan Petty
(1996):
“Two communicators may be trusted experts on some issue, but
one may be more liked or more physicallyattractive than the other… in part
because of his physical appearance, style of speaking and mannerism, …the
attractiveness is due to the performance, communication skills, self evaluation
… by verbal and by the behavioral measure.”
Daya tarik fisik sumber (source
physical attractiveness) merupakan syarat kepribadian . Daya tarik fisik
komunikator yang menarik umumnya lebih sukses daripada yang tidak menarik dalam
mengubah kepercayaan. Beberapa item yang menggambarkan daya tarik seseorang
adalah tampan atau cantik, sensitif, hangat, rendah hati, gembira, dan
lain-lain.
3.
Kesamaan
Sumber disukai oleh audience bisa jadi karena sumber
tersebut mempunyai kesamaan dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan. Dari
kacamata audience maka sumber tersebut adalah sumber yang menyenangkan (source
likability), yang maksudnya adalah perasaan positif yang dimiliki konsumen
(audience) terhadap sumber informasi. Mendefinisikan
menyenangkan memang agak sulit karena sangat bervariasi antara satu orang dan
orang lain. Namun secara umum, sumber yang menyenangkan mengacu pada sejauh
mana sumber tersebut dilihat berperilaku sesuai dengan hasrat mereka yang
mengobservasi. Jadi, sumber dapat menyenangkan karena mereka bertindak atau
mendukung kepercayaan yang hampir sama dengan komunikan.
KOMUNIKASI POLITIK
Reviewed by kreaasi komunikasi dan informasi
on
22:57
Rating:
No comments: